Konsekuensi Ekonomi dan Teori Akuntansi Positif
IKHTISAR
· Motivasi
kinerja manajer yang bertanggungjawab merupakan peran yang sama pentingnya bagi
akuntansi keuangan seperti halnya penyediaan informasi bagi investor.
· Maka
para akuntan perlu memahami dan menghargai kepentingan manajemen dalam
penyusunan laporan keuangan.
· Sehingga
akan muncul satu alur pemikiran baru yang, jika dilihat sekilas, jauh berbeda
dari teori berbasis keputusan investor dan berorientasi pasar efisien.
· Harus
dipahami mengenai konsep konsekuensi ekonomi (Economic concequences).
Konsekuensi
Ekonomi
· Konsekuensi
ekonomi adalah suatu konsep yang menekankan bahwa, terlepas dari implikasi
teori pasar sekuritas yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi dapat
mempengaruhi nilai perusahaan.
· Gagasan
mengenai konsep ini adalah bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dan
perubahannya sangat penting bagi manajemen.
· Pemahaman
terhadap konsep konsekuensi ekonomi dari pilihan kebijakan akuntansi diperlukan
karena dua alasan. Pertama konsep ini menarik dan pernyataan bahwa kebijakan
akuntansi tidak penting tidak sesuai dengan pengalaman akuntan.
Teori
Akuntansi Positif
· Untuk
menjawab asal-usul konsep konsekuensi ekonomi maka diperkenalkan teori
akuntansi positif.
· Teori
ini didasarkan pada kontrak yang dijalin oleh perusahaan.
· Kontrak
tersebut seringkali didasarkan pada variabel akuntansi keuangan.
· Dalam
hal ini manajemen memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan kepentingan
perusahaan.
· TAP
berusaha memprediksi kebijakan apa yang akan dipilih oleh manajer.
Organisasi
Pembahasan
MUNCULNYA
KONSEKUENSI EKONOMI
· Konsep
konsekuensi ekonomi muncul di sebuah artikel awal oleh Stephen Zeff (1978) yang
berjudul “Timbulnya Konsekuensi Ekonomi (The Rise of Economic Consequences).”
· Zeff
mendefinisikan konsekuensi ekonomi sebagai “dampak pelaporan akuntansi
terhadap perilaku pengambilan keputusan dari kalangan usaha, pemerintah, dan
kreditor”.
· Menurut
Zeff “intervensi pihak ketiga” sangat
mempersulit penyusunan standar akuntansi.
· Zeff
menjelaskan mengenai tanggapan badan penyusun standar terhadap beragam
intervensi tersebut, yaitu memperluas
perwakilan dalam badan standar tersebut.
· Terlepas
dari implikasi teori pasar yang efisien, pilihan kebijakan akuntansi memiliki
konsekuensi ekonomi bagi berbagai pengguna laporan keuangan.
· Konsekuensi
ekonomi semakin mempersulit penentuan standar akuntansi, yang memerlukan
penyeimbangan antara pertimbangan politik dan akuntansi.
OPSI
SAHAM KARYAWAN
· Bidang
pertama konsekuensi ekonomi adalah akuntansi untuk opsi saham yang dikeluarkan
bagi manajemen dan dalam beberapa kasus, bagi karyawan lainnya, memberi mereka
hak untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini disebut
Employee Stock Opsions (ESO).
· Akuntansi
untuk ESO mewajibkan perusahaan mengeluarkan ESO dengan nilai tetap untuk
mencatat biaya yang sama dengan selisih antara nilai pasar saham pada tanggal
pemberian opsi kepada karyawan dan harga pelaksanaan opsi tersebut.
· Kebanyakan
perusahaan yang memberikan ESO menetapkan harga pelaksanaannya sama dengan
nilai pasar pada tanggal pemberiannya, sehingga nilai intrinsiknya nol.
Akibatnya tidak ada biaya yang perlu dicatat bagi kompensasi ESO. Sebagai
contoh, jika saham yang dijamin memiliki nilai pasar $10 pada tanggal
pemberian, maka menetapkan harga pelaksanaan sebesar $10 tidak akan
menghasilkan pencatatan biaya, sementara menetapkan harga pelaksanaan sebesar
$8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang diberikan. Hal ini menyebabkan menurunnya
pencatatan biaya kompensasi dan menaikkan pencatatan laba bersih.
· Alasan
tidak diwajibkannya pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah sulit menetapkan
nilainya. Sehingga muncul rumus Black/Sholes
yang berasumsi bahwa opsi dapat diperdagangkan dengan bebas
· Hal
ini tidak dimungkinkan karena ESO tidak dapat dilaksanakan sampai tanggal
penyerahan (vesting date). Juga, jika karyawan mengundurkan diri dari
perusahaan sebelum dilakukannya penyerahan, maka opsi tersebut dinyatakan
hangus, atau kalaupun belum dilaksanakan, mungkin ada pembatasan-pembatasan
terhadap kemampuan karyawan untuk menjual saham yang diperolehnya.
· Untuk
mengatasi hal ini, FASB mengeluarkan exposure draft yang mengusulkan agar perusahaan
mencatat biaya kompensasi berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pemberian
ESO.
· Namun,
exposure draft ini ditolak karena muncul kekhawatiran akan konsekuensi ekonomi
dari laporan laba yang lebih rendah yang akan dihasilkan. Konsekuensi yang
dikhawatirkan tersebut mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya modal yang
lebih tinggi, kurangnya bakat manajerial, serta rendahnya motivasi manajer dan
karyawan.
· Hal
ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO tidak memerlukan pembiayaan
tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para pemegang saham. Karena itu, jika ESO
dilaksanakan dengan harga $10 ketika nilai pasar saham tersebut $30, maka biaya
ex post bagi perusahaan dan para
pemegang sahamny adalah $20. Dengan memberi pemegang saham sebesar $10,
perusahaan tersebut melewatkan kesempatan untuk mengeluarkan saham dengan harga
pasar sebesar $10.
· Meskipun
demikian, biaya ESO tersebut sangat sulit diukur secara reliabel. Hal ini
karena karyawan mungkin melaksanakan opsi tersebut setelah tanggal penyerahan
sampai tanggal kadaluwarsa. Biaya ex post
bagi perusahaan pun akan tergantung pada selisih nilai pasar saham dan harga
pelaksanaan pada saat itu. Untuk mengetahui nilai wajar ESO, perlu diketahui
strategi pelaksanaan optimal karyawan.
· Untuk
mengatasi masalah ini, muncul model strategi yang disusun oleh Huddart (1994).
· Dengan
membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa rumus Black/Sholes dengan ESO yang ditahan sampai tanggal
kadaluwarsa dapat menaikkan pencatatan nilai wajar ESO pada saat tanggal
pemberian,
· Ada
tiga karakteristik opsi, yaitu pengembalian yang diharapkan dari menahan suatu
opsi melebihi return saham yang diharapkan, opsi “potensi kenaikan”,
opsi “deep-in-the-money”.
· Selanjutnya
akan muncul pertanyaan adalah keadaan di mana karyawan akan melaksanakan opsi
tersebut?
· Huddart
mengidentifikasi ada dua keadaan. Pertama, jika ESO mencakup nilai uang
sedikit, waktu sampai jatuh temponya singkat, dan karyawan tersebut diharuskan
menahan saham yang diperolehnya, maka penghindaran risiko dapat memicu
pelaksanaan lebih awal. Karena ada resiko substansial untuk terjadinya hasil
nol, maka karyawan yang menghindari resiko (yang mengimbangkan antara resiko
dan hasil) mungkin merasa bahwa pengurangan resiko pelaksanaan opsi saat ini
daripada terus menahannya ternyata lebih besar daripada lebih rendahnya hasil
yang diharapkan dari menahan saham tersebut.
· Keadaan
kedua terjadi ketika ESO menyangkut banyak uang, waktu sampai jatuh temponya
singkat, dan karyawan dapat menahan maupun menjual saham yang diperolehnya dan
menginvestasikan hasilnya pada aktiva yang tidak beresiko. Karena menahan
aktiva yang tidak beresiko lebih disukai daripada menahan saham, maka karyawan
akan melaksanakan opsi, menjual saham, dan membeli aktiva yang tidak beresiko.
· Dalam
penelitian empiris untuk menguji pelaksanaan awal, Huddart dan Lang (1996)
mengkaji pola-pola pelaksanaan dari karyawan pada delapan perusahaan besar di
Amerika Serikat selama periode sepuluh tahun. Mereka mendapati bahwa
pelaksanaan lebih awal sering dilakukan, sesuai dengan asumsi penghindaran
resiko yang dinyatakan oleh Huddart. Mereka juga mendapati bahwa variabel yang
menjelaskan pelaksanaan awal secara empiris, seperti waktu sampai jatuh tempo
dan sampai sejauh mana ESO tersebut menyangkut uang, dikatakan “broadly consistent” dengan prediksi
model tersebut.
· Penelitian
selanjutnya cenderung mengkonfirmasi tendensi Black/Sholes untuk terlalu
melebihkan pencatatan biaya ESO secara ex post. Hall dan Murphy (2002),
dengan menggunakan pendekatan yang berbeda dari Huddart, juga menunjukkan
probabilitas substansial dari pelaksanaan awal, dan menunjukkan bahwa hal
tersebut secara signifikan mengurangi biaya ESO di bawah Black/Sholes. Analisis
mereka juga menunjukkan keragaman dalam keputusan pelaksanaan oleh karyawan.
· Aboody
dan Kasznnik (2000) mempelajari terhadap praktek pengumuman informasi dari CEO
seputar tanggal pemberian ESO. Mereka mendapati bahwa, secara rata-rata, CEO
perusahaan yang memiliki ESO terjadwal menggunakan beragam taktik untuk
memanipulasi harga saham lebih rendah sebelum tanggal pembelian, dan
memanipulasi harga agar naik setelah tanggal pembelian tersebut. Salah satu
taktiknya adalah dengan mengumumkan lebih awal kabar buruk dari laporan
pendapatan triwulan yang tertunda, namun kabar baiknya tidak dilaporkan. Taktik
lainnya mencakup dimasukkannya estimasi pendapatan para analis yang berpengaruh
dan penentuan waktu yang selektif atas pengumuman estimasi mereka sendiri.
REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP AKUNTANSI
SUCCESFULL-EFFORT DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS
· Pembahasan
didasarkan pada artikel “The Impact of Accounting Regulation on the Stock
Market: The Case of Oil and Gas Companies” (1979) yang ditulis oleh Lev.
· Penelitian
ini terkait dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS
mencatat biaya eksplorasi dengan metode succesfull-effort.
· Karena
pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan
akuntansi, maka teori pasar sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya
manajer tidak keberatan menggunakan metode succesfull-effort.
· Secara
khusus, terdapat kekhawatiran mengenai dampak yang mungkin merugikan terhadap
persaingan dalam industri migas.
· Kekhawatiran
tersebut adalah bahwa sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang
migas menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort
cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama untuk perusahaan
yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan bahwa laba bersih yang lebih
kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan kecil lebih sulit menghimpun
modal, dan karenanya akan mengurangi persaingan dan cakupan eksplorasi.
· Lev
memulai penelitian dengan menentukan apakah harga sekuritas perusahaan migas
terpengaruh oleh penggunaan metode akuntansi succesfull-effort.
· Lev
mengambil sampel 49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost dan
sampel kontrol yang terdiri dari 34 perusahaan yang menggunakan succesfull-effort.
· Hasil
penelitiannya adalah terjadi pengembalian abnormal negatif rata-rata yang signifikan
untuk saham-saham dari 49 perusahaan yang menggunakan metode full-cost.
Untuk ke-34 perusahaan yang telah menggunakan metode akuntansi succesfull-effort, dan relatif tidak terpengaruh oleh
exposure draft, pengembalian negatif rata-rata-nya bernilai relatif kecil.
· Untuk
kondisi saham, Dickman dan Smith (1979) dan Kross (1982) mendapati tidak adanya
reaksi harga sekuritas terhadap perubahan standar akuntansi. Mungkin ini
disebabkan karena adanya inefisiensi pasar sekuritas.
· Alasan
lain adalah bahwa perusahaan yang menggunakan full-cost akan menghadapi
kesulitan menghimpun modal atau mungkin mengurangi aktivitas eksplorasi begitu
mereka dipaksa menggunakan succesfull-effort.
· Alasan
lain adalah bahwa pengurangan laba bersih yang dilaporkan dan ekuitas para
pemegang saham setelah beralih menggunakan metode succesfull-effort mungkin
mempengaruhi rasio bonus manajemen dan perjanjian pinjaman. Pasar dapat
bereaksi terhadap manajer yang gagal merepons masalah seperti ini.
· Bagaimanapun
juga hasil penelitian Lev menyatakan bahwa pasar memang bereaksi terhadap
metode akuntansi yang dipilih.
· Akibatnya,
terbukti bahwa perubahan kebijakan akuntansi dapat memiliki dampak harga
sekuritas, karenanya memperkuat argumen konsekuensi ekonomi.
HUBUNGAN ANTARA TEORI PASAR SEKURITAS
EFISIEN DAN KONSEKUENSI EKONOMI
· Teori
pasar sekuritas yang efisien tidak meramalkan reaksi harga terhadap perubahan
kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi probabilitas jaminan dan aliran
kas.
· Dengan
kata lain, teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun demikian, begitu
pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar akan
menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai.
· Jika
dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor, tentu akan
bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan
dalam konsep konsekuensi ekonomi.
· Karena
itu, kebijakan akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang
sebenarnya, termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau
menentang usulan standar akuntansi.
TEORI
AKUNTANSI POSITIF
Garis
Besar Teori Akuntansi Positif
· TAP
berkenaan dengan memprediksi tindakan-tindakan sebagai pilihan kebijakan
akuntansi oleh manajer perusahaan dan bagaimana manajer akan merespon standar
akuntansi baru yang diusulkan.
· Misalkan
dapatkah kita memprediksi, manajer perusahaan migas akan memilih kebijakan
akuntansi dengan metode succesfull-effort ataukah metode full-cost?
· TAP
beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien
sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup.
· Perusahaan
dapat dipandang sebagai kumpulan kontrak (nexus of contract) artinya
pengorganisasiannya dapat ditentukan oleh kontrak yang dijalinnya. Akan muncul
biaya kontrak dan kontrak yang efisien.
· TAP
berpendapat kebijakan akuntansi akan dipilih sebagai bagian dari masalah yang
lebih dari pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien.
· TAP
tidak menyarankan perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi
yang dipergunakan.
· TAP
berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional dan memilih kebijakan akuntansi
demi kepentingan perusahaan.
· Tujuan
TAP adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi manajerial
dalam perusahaan yang berbeda-beda. Akan muncul teori normatif.
· Baik-tidaknya
kemampuan teori normatif melakukan prediksi tergantung sampai sejauh mana
setiap individu sungguh-sungguh mengambil keputusan sesuai teori tersebut.
Tiga Hipotesis Teori Akuntansi
Positif
· Hipotesis
rencana bonus (The bonus plan hypothesis)
Para
manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat
ini.
· Hipotesis
persyaratan perjanjian pinjaman (The debt covenant hypothesis)
Semakin
besar perusahaan melakukan pengingkaran persyaratan perjanjian pinjaman
berbasis akuntansi, semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur
akuntansi yang menggeser pendapatan dari periode akan datang ke periode
berjalan.
· Hipotesis
biaya politik (The political cost hypothesis)
Semakin
besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar kemungkinan
manajer memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pendapatan yang dilaporkan
dari periode berjalan ke periode akan datang.
· Ketiga
hipotesis tersebut membentuk komponen yang penting dari TAP.
· Ketiga
hipotesis TAP dapat juga ditafsirkan dari perspektif perjanjian kontrak yang efisien.
Penelitian
Teori Akuntansi Positif
· TAP
telah menghasilkan sejumlah besar penelitian empiris. Sebagai contoh adalah
tulisan Lev (1979). Penelitian Lev membantu kita memahami mengapa perusahaan
yang berbeda-beda mungkin memilih kebijakan akuntansi yang brbeda-beda.
· Banyak
penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang
meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti
bahwa manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba
bersih mereka yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual
sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
· Dichev
dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka
meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat
(pinjaman yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada
perjanjian-perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya
rasio lancar tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.
· Jones
(1991) mempelajari tindakan perusahaan untuk menurunkan laporan laba bersih
selama penelitian keringanan impor. Pemberian keringanan kepada perusahaan yang
dipengaruhi oleh persaingan dengan luar negeri sebagian merupakan keputusan
politik.
Membedakan
Versi Kontrak Efisien dan Oportunis
· Ketiga
hipotesis TAP dinyatakan dalam bentuk oportunis, artinya berasumsi bahwa manajer
memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas dibandingkan
remunerasi yang diterima, kontrak hutang, dan biaya politik.
· Hipotesis
tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk efisiensinya, atas asumsi kontrak
kompensasi, sistem kontrol internal, manajemen perusahaan yang baik, dapat
membatasi oportunisme dan memotivasi manajer memilih kebijakan akuntansi untuk
mengendalikan biaya kontrak.
· Christie
dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan akuntansi
yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang
menjadi target pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan
kebijakan akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan
lebih tak terkendali dalam perusahaan yang kemudian akan diambil, karena
manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran pengambilalihan dengan
memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang dilaporkan.
· Guay
(1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama
perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien
akan mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi
perusahaan (misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi
tahun depan), karena pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk
mengambil resiko-resiko lain yang spesifik bagi perusahaan.
· Watts
(2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak
yang efisien. Disini berlaku hipotesis rencana bonus dimana hipotesis tersebut
menyiratkan bahwa para manajer tergoda untuk meningkatkan estimasi–estimasi
aliran kas akan datang lebih tinggi, dan menggunakannya untuk membenarkan pencatatan
pendapatan secara premature dan penilaian aktiva terlalu tinggi, yang keduanya
menggeser pendapatan dari masa akan datang ke masa kini.
· Penelitian
Basu (1993) mendapati bahwa semakin konservatif akuntansinya, semakin tinggi
rating hutang perusahaan yang mengakibatkan rendahnya biaya bunga, dengan semua
hal dianggap sama. Hasil tersebut sesuai dengan kontrak hutang yang efisien
karena perusahaan menjadi semakin konservatif jika kebutuhannya makin besar.
Jika manajer berperilaku oportunistis, mereka tidak akan begitu memperhatikan
biaya bunga dan karenanya akan berusaha mengeluarkan diri dari ancaman
pelanggaran persyaratan pinjaman hutang dengan menggeser ke pendapatan periode
berjalan dari pendapatan yang akan datang.
Kesimpulan
Konsekuensi Ekonomi dan Teori Akuntansi Positif
· TAP
berusaha memahami dan memprediksikan pilihan kebijakan akuntansi perusahaan.
· Secara
umum, TAP menilai bahwa pilihan kebijakan akuntansi adalah bagian dari
kebutuhan perusahaan secara menyeluruh untuk meminimalkan biaya modal dan biaya
kontrak.
· TAP
tidak menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi perusahaan harus dijelaskan
dengan khusus. Justru biasanya akan lebih efisien jika ada sekumpulan kebijakan
akuntansi yang dapat dipilih oleh manajemen.
· Memberi
keleluasaan kepada manajemen dalam pilihan kebijakan akuntansi akan memberi
respon fleksibel dalam lingkungan perusahaan dan terhadap hasil kontrak yang
tidak dapat diramalkan. Namun demikian, ini juga memberi peluang terjadinya
perilaku manajemen yang oportunistis dalam pilihan kebijakan akuntansi.
· Dari
perspektif TAP, tidak sulit memahami mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki
konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang
tersedia mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis,
kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya
sendiri pun terpengaruhi.
yo, thanks gan :)
ReplyDeleteKeren sob
ReplyDeletewww.kiostiket.com
keren :)
ReplyDeletemakasih broo
ReplyDelete